CERPEN KE : III
JUDUL : NIJIGEN O AISURU (CINTA DUA DIMENSI)
By : Rony Wiranto
PART 1
*Sambil Baca Sambil Denger
Atsumi Saori - Mousukoshi
Menunggu kereta malam hari, memang terkadang tak terasa menyenangkan... Di samping harus menghisap debu debu malam yang ditiup oleh angin, juga harus mencium bau - bau tak sedap dari sampah yang dibuang oleh orang - orang tak bertanggung jawab. Lagipula, ini Jepang.. Aku memang baru berlabuh di sini, sekitar beberapa hari yang lalu untuk sekolah di salah satu high school di Tokyo. Entah kenapa aku memilih Aomori sebagai tempat menginapku, yang sangat jauh dari Tokyo.. Mungkin karena aku ini orangnya irit soal uang, dan juga aku rasa Aomori tempat yang bagus untuk persinggahan sementara, di samping tempatnya indah dan sejuk, aku rasa aku punya ikatan kuat dengan kota ini.. Yah, Begitulah. latihan hidup di negeri orang..
Lamunanku tadi terpecah akibat adanya suara yang terjadi di sana, terlihat seorang wanita Jepang sedang terduduk di antara karung beras itu, mungkin dia terjatuh dan penyebab adanya suara tadi. Lantas aku menolongnya.
"Kau tak apa-apa? (Anata wa daijōbu desu ka?)". Tanyaku
"Ah, aku baik - baik saja, terima kasih.. (Ee, watashi wa daijōbu yo, arigatou desu)". Jawab wanita itu
Wanita berpakaian sekolah ala Jepang ini lalu berdiri, menatapku dengan takut. Aku masih heran, kenapa dia masih ada di stasiun kereta di sini, apalagi ini malam. Mungkin tujuan nya sama sepertiku, dari pakaiannya, kelihatannya dia orang Tokyo.
"Ah, dari muka mu, kelihatannya kau orang Indonesia, kan? (Anata no kao ni, soreha migi, Indoneshia no anata no hitobito no yō ni miemasu ka?)" Tanya wanita itu.
"Eeh? kau tahu itu dari mana? (Are.. Anata wa sore o shitte irukara?)" Aku berbalik tanya. "
Tentu saja aku tahu, aku dulunya pernah tinggal di sana". Jawabnya menggunakan bahasa Indonesia. "ah, begitu,, perkenalkan, namaku Rony..". Aku memberi salam kepadanya.
Menunggu kereta malam hari, memang terkadang tak terasa menyenangkan... Di samping harus menghisap debu debu malam yang ditiup oleh angin, juga harus mencium bau - bau tak sedap dari sampah yang dibuang oleh orang - orang tak bertanggung jawab. Lagipula, ini Jepang.. Aku memang baru berlabuh di sini, sekitar beberapa hari yang lalu untuk sekolah di salah satu high school di Tokyo. Entah kenapa aku memilih Aomori sebagai tempat menginapku, yang sangat jauh dari Tokyo.. Mungkin karena aku ini orangnya irit soal uang, dan juga aku rasa Aomori tempat yang bagus untuk persinggahan sementara, di samping tempatnya indah dan sejuk, aku rasa aku punya ikatan kuat dengan kota ini.. Yah, Begitulah. latihan hidup di negeri orang..
Lamunanku tadi terpecah akibat adanya suara yang terjadi di sana, terlihat seorang wanita Jepang sedang terduduk di antara karung beras itu, mungkin dia terjatuh dan penyebab adanya suara tadi. Lantas aku menolongnya.
"Kau tak apa-apa? (Anata wa daijōbu desu ka?)". Tanyaku
"Ah, aku baik - baik saja, terima kasih.. (Ee, watashi wa daijōbu yo, arigatou desu)". Jawab wanita itu
Wanita berpakaian sekolah ala Jepang ini lalu berdiri, menatapku dengan takut. Aku masih heran, kenapa dia masih ada di stasiun kereta di sini, apalagi ini malam. Mungkin tujuan nya sama sepertiku, dari pakaiannya, kelihatannya dia orang Tokyo.
"Ah, dari muka mu, kelihatannya kau orang Indonesia, kan? (Anata no kao ni, soreha migi, Indoneshia no anata no hitobito no yō ni miemasu ka?)" Tanya wanita itu.
"Eeh? kau tahu itu dari mana? (Are.. Anata wa sore o shitte irukara?)" Aku berbalik tanya. "
Tentu saja aku tahu, aku dulunya pernah tinggal di sana". Jawabnya menggunakan bahasa Indonesia. "ah, begitu,, perkenalkan, namaku Rony..". Aku memberi salam kepadanya.
"ah, nama ku Ai" jawabnya.
Kami pun berjalan menunggu kereta yang akan lewat di rel nya. Kami hanya diam tak bersuara.. Kereta tak kunjung datang nih, padahal banyak tugas yang harus kuselesaikan.. dengan memberanikan diri, aku bertanya kepada Ai.
"Kenapa kamu sendirian di sini? apa kamu mau naik kereta juga?" Tanyaku.
Belum sempat dia menjawab, kereta sudah muncul dengan seketika di depan kami. aku langsung saja naik dan tak lupa mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang yang mungkin akan berpengaruh bagi kehidupanku.
"Aku duluan ya, Sampai Jumpa..". Kataku.
Ketika aku sudah naik kereta, aku melihat wajahnya.. wajah yang sendu seolah sedih dan ingin menangis melihat ku pergi, kenapa ya? ah, aku tak terlalu memikirkannya deh..
Esok tiba dengan begitu cepat rupanya, untungnya hari ini tidak ada pelajaran tambahan, aku bisa pulang cepat - cepat mengerjakan tugas yang begitu banyak, aku kembali pergi ke stasiun untuk naik ke kereta lagi, aku bertemu dengan wanita kemarin, Ai. melihatku yang datang, raut muka Ai menjadi senang dan gembira. kami memberanikan diri untuk mengobrol, berbincang, seraya menunggu kereta. Berbincang dengan asyik.. yang aku heran, kenapa Ai selalu ingin menangis jika aku selalu pergi untuk menaiki kereta.. Dan lagi kenapa dia selalu ada di stasiun itu? Yah.. Mungkin rumahnya di dekat stasiun..
"Ayo kita menunggu di depan stasiun, di sini terlalu dingin.." Ajakku kepadanya.
Kami pun berjalan menunggu kereta yang akan lewat di rel nya. Kami hanya diam tak bersuara.. Kereta tak kunjung datang nih, padahal banyak tugas yang harus kuselesaikan.. dengan memberanikan diri, aku bertanya kepada Ai.
"Kenapa kamu sendirian di sini? apa kamu mau naik kereta juga?" Tanyaku.
"Aku tidak naik kereta...Aku.. "
Belum sempat dia menjawab, kereta sudah muncul dengan seketika di depan kami. aku langsung saja naik dan tak lupa mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang yang mungkin akan berpengaruh bagi kehidupanku.
"Aku duluan ya, Sampai Jumpa..". Kataku.
Ketika aku sudah naik kereta, aku melihat wajahnya.. wajah yang sendu seolah sedih dan ingin menangis melihat ku pergi, kenapa ya? ah, aku tak terlalu memikirkannya deh..
Esok tiba dengan begitu cepat rupanya, untungnya hari ini tidak ada pelajaran tambahan, aku bisa pulang cepat - cepat mengerjakan tugas yang begitu banyak, aku kembali pergi ke stasiun untuk naik ke kereta lagi, aku bertemu dengan wanita kemarin, Ai. melihatku yang datang, raut muka Ai menjadi senang dan gembira. kami memberanikan diri untuk mengobrol, berbincang, seraya menunggu kereta. Berbincang dengan asyik.. yang aku heran, kenapa Ai selalu ingin menangis jika aku selalu pergi untuk menaiki kereta.. Dan lagi kenapa dia selalu ada di stasiun itu? Yah.. Mungkin rumahnya di dekat stasiun..
(Nyambung Part 2...)
No comments:
Post a Comment