Now Read: http://ronytomato.blogspot.com WEIRD STORIES: IZINKAN SAYA BERCERITA - 6. THE FABULOUS MEMORY
WELCOME TO MY BLOG

ANDA PENGUNJUNG KE :

Wednesday, December 19, 2012

IZINKAN SAYA BERCERITA - 6. THE FABULOUS MEMORY


CERPEN KE : VI
JUDUL : THE FABULOUS MEMORY (KENANGAN TERBAIK) 

By : Rony Wiranto

*Sambil Baca Sambil Dengar


Westlife - Season in the Sun
Hari ini kebetulan cuaca bersahabat, Cerah dengan sinar matahari keemasan. Tak tanggung-tanggungnya Matsumoto dengan sigap cepat-cepat pergi ke sekolah di hari senin. Dia tak mau ketinggalan pelajaran Matematika kesukaannya di jam pertama, dia sengaja berjalan kaki agar bisa menikmati segarnya kerindangan pohon di jalan yang dilaluinya. Jarak sekolah dari rumahnya cukup jauh juga, karena itulah dia rela bangun subuh untuk pergi ke sekolah. Jalan demi jalan ia lewati, pohon demi pohon ia lalui. “Hmm segarnya” pikirnya. Sesampainya di sekolah, dengan cepat ia berlari menuju kelasnya dan segera membuka pintu kelasnya. Dengan gembira, ia mengatakan.. 

  “Ohayou!”. Sapanya.

Tapi semua teman sekelasnya tak menghiraukannya, kelihatannya mereka semua sedang membicarakan sesuatu hal, sesuatu hal yang penting kelihatannya. Matsumoto segera mendekat ke teman – teman dekatnya dan ikut berbincang.

“Eh, Ada apa sih?”. Tanya Matsumoto.
Semuanya hening tanpa menjawab.
“Eh, ada berita apaan sih??”. Tanya Matsumoto. Kali ini dia menggunakan nada yang  
 “Kamu belum tahu? Seluruh murid di kelas sedang membicarakan hal ini.” Jawab Ai.
 “Hal apa?”. Tanya Matsumoto. Segera disambung oleh Aru.
“Sebenarnya, guru kesukaanmu, Bu Ran, akan segera berhenti mengajar di sekolah ini.” Jawab Aru.
“Haha.. Kabar itu juga aku sudah tahu, biar gimanapun, Bu Ran kan 2 bulan yang akan datang akan segera menikah, jadi wajar saja kalau...” Segera dipotong oleh Ai.

“Yang menjadi masalahnya sekarang bukan itu.” Jawab Ai.
“Tapi, guru yang akan menggantikan Bu Ran itu..” Sambung Aka.
“Eh?”. Tanya Matsumoto dengan ekspresi bingung.
          “Guru yang akan menggantikan Bu Ran itu adalah guru yang dinobatkan sebagai guru terkejam di kota ini, Bu Minase!”. Jawab Aka dengan menyambung kalimatnya yang terputus tadi.
    “Ah, kalian percaya cerita begituan? Itu kan hanya kabar semata, jadi..”. Kata Matsumoto, dan segera dipotong oleh Ai.
      “Itu bukan cerita bualan, bahkan sekolah Sakura yang international itu bisa-bisanya menolak Bu Minase itu. Beberapa sekolah di kota ini, juga banyak yang menolaknya, bahkan secara langsung!”. Jawab Ai dengan tegas.
       “Eh, Lalu kenapa sekolah ini menerimanya begitu saja?”. Tanya Matsumoto.
       “Entahlah, dengar kabar yang beredar sih, ada yang bilang kalau di Sekolah ini ada kerabat keluarganya yang bekerja disini, ada juga yang bilang bahwa dia rela menyuap kepala sekolah agar dapat diterima dan bekerja disini.” Jawab Ai. Lalu Aka segera menyambung.
    “Dan hebatnya, guru itu menjadi Wali Kelas kita menggantikan Bu Ran, ohh seandainya Bu Ran tidak menikah.. -,,,,,-”. Keluh Aka.
     “Hei, kalau begitu bagaimana...” Belum sempat Aru berbicara, suasana keramaian di kelas langsung buyar begitu mendengar kenok pintu bergerak dan muncul seseorang.
      “Itu dia, datang.” Bisik Ai kepada Matsumoto.

Matsumoto hanya diam dan terus memperhatikan seseorang tersebut yang ternyata adalah Bu Minase. Matsumoto kemudian duduk ke bangkunya. Ia hanya bingung memperhatikan Bu Minase. Orang nya masih muda, sekitar umur 23 tahun. Wajahnya cantik, tertutup oleh masker yang dipakainya, tampaknya juga Anggun. Matsumoto juga masih bingung kenapa orang seperti itu bisa dinobatkan sebagai guru terkejam. Lalu dengan tegas Bu Minase mengucapkan perkenalan.

          “Hajimemashite, Nama saya Minase! Saya bertugas untuk menggantikan Guru kalian yang telah berhenti beberapa hari ini. Jadi, Salam kenal!” Kata Bu Minase dengan tegas.
          Suaranya yang tegas itu membuat semua murid tidak berani menjawab pertanyaannya. Bu Minase lalu melanjutkan percakapannya.
          “Baiklah, kita mulai pelajarannya!”. Kata Bu Minase sambil menghadap ke arah Papan Tulis.
          “Apa-apaan dia, langsung memulai pelajaran seenaknya!” Bisik Aka kepada yang lain.
        “Iya, seharusnya dia mengajak semua murid untuk beradaptasi dulu sebelum memulai pelajaran!” Sambung Ai.
          “He..Hentikan, nanti suara kalian..” Himbau Aru dan terpotong oleh Aka.
         “Lagipula guru baru saja sombong, dia seperti monster yang menutup mukanya dengan masker!”. Kata Aka.
          Tiba – tiba, Bu Minase memarahi Aka dan yang lainnya dengan mengatakan “Jangan berbicara saat jam Pelajaran!”. Rupanya suara Aka terdengar oleh Bu Minase dan mereka pun segera melanjutkan pembelajaran.
          “TRINGG..” jam istirahat pun berbunyi, akhirnya semuanya lega Bu Minase bisa keluar dari kelas. Suasana kelas kembali ramai dengan pembicaraan topik yang sama seperti pagi tadi, yaitu tentang Bu Minase. Karena merasa lapar, dan pagi tadi belum sarapan, akhirnya Matsumoto mengajak Aru untuk pergi ke kantin sekolah.
          “Aru, aku lapar.. Kita beli sesuatu yuk?” Ajakku kepada Aru.
          “Ah, iya.. kenapa tidak mengajak Ai dan Aka?” Tanya Aru.
          “Haha! -_-” Tidak usah, kelihatannya mereka sangat bersemangat bercerita ke teman-teman yang lain”. Jawab Matsumoto sambil melirik ke Ai dan Aka.
          Akhirnya Matsumoto dan Aru pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan. Matsumoto sempat melihat Bu Minase di kantin, sambil makan sendirian tanpa seorang teman guru. Matsumoto hanya melihatnya saja.
          “Matsu? Ayo, sebentar lagi bel masuk lho..” Ajak Aru.
          “Ah, iya..” Jawab Matsumoto.
          Mereka lalu masuk ke kelas, begitu juga dengan Bu Minase yang sudah selesai makan itu, dia segera memulai pelajarannya. Waktu demi waktu, kelihatannya semakin tegang saja pembelajaran hari ini. Mereka pun pulang.
          “Ah, Pelajaran hari ini membosankan!” Keluh Aka.
          “Iya, Bosan banget!!”. Sambung Ai.
          “Tidak juga, pelajarannya bagus dan bisa dimengerti.” Sambung Matsumoto.
          “Ah, kamu orangnya nggak asik :P .” Keluh Aka.
          “Haha! -_- ” Sambung Matsumoto
          “Eh, sudah ya.. Aku dan Aru lewat sini.. Sampai jumpa besok!”. Kata Aka mengucapkan selamat tinggal.
          “Iya.” Jawab Matsumoto dan Ai.
          Matsumoto yang rumahnya searah dengan Ai akhirnya pulang bersama. Matsumoto hanya bisa mendengarkan keluhan Ai tentang Bu Minase, sambil termenung tanpa sebab.
          “Eh, ada penjual es krim, kamu mau es krim?” Tanya Ai.
          “Boleh, belikan aku satu ya.” Jawab Matsumoto
          “Baiklah, kalau begitu kau tunggu di sini, aku akan ke sana.” Jelas Ai.
          Matsumoto hanya mengangguk, sambil melihat pemandangan indah yang ada di sekitarnya, di sampingnya terlihat gunung dan pepohonan, dan dibawahnya ada tempat untuk bisa melihat danau indah. Matsumoto iseng melihat ke bawah tempat untuk melihat danau. Dan ternyata di sana ada seseorang. Begitu dilihat dekat, ternyata itu Bu Minase. Matsumoto segera turun dan mendekati Bu Minase. Menyadari kedatangan Matsumoto, Bu Minase hanya diam memperhatikan danau yang begitu indah. Matsumoto lalu menegur Bu Minase.
          “Ah, Sensei..”. Kata Matsumoto
          Bu Minase hanya diam saja. Dengan muka setengah terlihat itu, dia menggunakan masker menutupi mulut dan hidungnya.
          “Ano, Apa yang Ibu lakukan di sini?” Tanya Matsumoto dengan ramah, tapi Bu Minase tetap tak menjawab pertanyaannya dan sedikit demi sedikit menjauh dari Matsumoto. Matsumoto pun memakluminya dan tersenyum.
          “Hmm, aku tahu, pasti keindahan danau inilah yang membuat Ibu berniat datang ke sini.” Jelas Matsumoto. Dan akhirnya Bu Minase menjawab.
          “Ini adalah tempat masa kecilku dulu”. Jawabnya.
          Matsumoto sedikit heran, kemudian melanjutkan pembicaraan.
          “Ah, begitu ya.. Eh, kenapa Sensei selalu memakai masker saat jam pelajaran, juga di mana – mana ?” Tanya Matsumoto. Bu Minase tak menjawab pertanyaannya lagi. Lalu Matsumoto mendekat kepada Bu Minase.
          “Ibu?”. Tanyaku heran.
          Mengetahui Matsumoto mendekatinya, Bu Minase mendorong jatuh Matsumoto dan berkata “Jangan Mendekat!” Kemudian berlari ke atas puncak. Melihat kejadian itu, Ai kemudian segera turun ke bawah dan menolong Matsumoto.
          “Ah, Matsu! Kau tidak apa-apa?”. Tanya Ai sambil membantu Matsumoto berdiri.
          “Ah, iya.” Jawabnya. Ia hanya termenung diam.
          “Kenapa sih orang itu?! Guru macam apa itu mendorong jatuh muridnya sendiri!! Kau benar – benar tak apa – apa ?”. Tanya Ai
          Matsumoto hanya diam melihat Bu Minase. Dia termenung melihat ekspresi mata Bu Minase saat ia dia didorong jatuh oleh Bu Minase, matanya seakan mau menangis. ‘Apa maksudnya?’ pikir Matsumoto.
          “Hei, kenapa kau? Ini es krim mu.. Ayo pulang!” Ajak Ai sambil memberikan es krim yang ada di tangannya itu kepada Matsumoto.
          “Ah, iya..” Jawab Matsumoto.
          Mereka pun segera melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah.
          Hari demi Hari Bu Minase mengajar, sepertinya semua murid sudah agak bisa beradaptasi dengan keadaan di kelas. Sejak saat itu Matsumoto sering sekali melihat Bu Minase pergi ke danau. Tapi, Matsumoto tidak berani menegur lagi, dia tidak mau mengganggu ketenangan Bu Minase di danau itu. Sampai suatu hari terjadi suatu kejadian di kelas, salah satu teman sekelas Matsumoto, yang bernama Ryu kehilangan suatu barang berharga di sana.
         “Huaah.. bagaimana ini, benda berharga ku hilang... :”( ”. Keluh Ryu.
          Saat ini masalah itu menjadi bahan pembicaraan seluruh murid di kelasnya. Ryu menceritakan bahwa saat benda berharga nya hilang, yaitu sebuah jam milik perusahaan ayahnya, dia hanya bertiga bersama temannya, Hine dan juga Bu Minase di kelas. Waktu itu dia belum pulang karena masih harus mengerjakan salah satu essay nya. Saat Bu Minase keluar dari kelas, Ryu sadar bahwa jam nya hilang. Hine juga tak tahu jam itu. Mendengar cerita itu, Matsumoto pikir hal itu sangat menyudutkan posisi Bu Minase. Sepertinya hal itu sampai menjadi pembicaraan seluruh sekolah, Bu Minase juga sepertinya sudah mendengar kabar yang tak enak itu, dengan menggunakan masker iya masuk kelas dengan keadaan yang biasa – biasa saja.
          Akhirnya Matsumoto menyelidiki permasalahan itu, Petugas kebersihan di sekolah itu bilang Bu Minase sering masuk ke ruang guru diam – diam, entah apa tujuannya. Ini semakin meragukan Matsumoto.
          Esoknya, hal ini masih jadi pembicaraan hangat, terutama di kelas Matsumoto.
          “Dia Pelakunya! Pasti Dia!” Teriak Ai.
          Suara Ai membuat Matsumoto ingin ikut ke pembicaraan itu.
          “Benar, pikir saja pakai Logika, Hine tak mungkin pencurinya karena dia itu orang kaya, pasti si Minase itu pelakunya!” Sambung Aka.
          “Te..Teman – teman.. ” Aru berusaha menghentikan pembicaraan.
          Matsumoto hanya diam mendengarkan. Dia pikir apakah mungkin Bu Minase akan melakukan hal semacam itu.
          “Iya! Kudengar dia sebatang kara, dan dia sangat membutuhkan uang!” Jawab Ai.
          Pembicaraan semakin panas, akhirnya Matsumoto berniat menemui Bu Minase dan menanyakan tentang apa yang terjadi sebenarnya. Matsumoto tahu bahwa Bu Minase setiap pulang sekolah selalu pergi ke danau. Dan ternyata saat itu, Bu Minase memang terlihat menangis. Melihat kejadian itu Matsumoto turun pelan – pelan, tapi akhirnya Bu Minase menyadari keberadaan Matsumoto dan segera menyeka air matanya. Matsumoto lalu mendekati Bu Minase.
          “Kau tadi melihatnya ya?” Tanya Bu Minase.
          “Ah, melihat apa?” Tanya Matsumoto kebingungan.
          “Melihatku menangis?” Jawab Bu Minase.
          Matsumoto hanya terdiam, baru kali ini Bu Minase mudah sekali diajak berbicara.
          “Ano.. Sebenarnya.. Ada yang mau aku tanyakan..” Kata Matsumoto terpatah – patah saat bicara.
          Lalu, dengan masker yang menutupi hidung dan mulutnya, dia menatap Matsumoto.
          “Sensei pasti sudah mendengar berita ini.. dan yang ingin kutanyakan..” Lagi – lagi Matsumoto terpatah – patah.
          Pakai hatimu..” Potong Bu Minase.
          “eh?” Tanya Matsumoto
          “Jika ada yang membingungkan di dalam diri, dan memilih manakah jalan yang harus diikuti, maka yang kupilih adalah kata hati, sebab kenyataannya Perasaan akan lebih mudah menyesuaikan keadaan dengan masalah yang dihadapi.” Kata Bu Minase.
          Mendengar kata – kata Bu Minase tadi membuat hati Matsumoto tertegun, karena kata hatinya yakin bahwa Bu Minase bukanlah pencuri.
          “Kalau ibu meninggal nanti, beri tahu bahwa ibu mau dikuburkan di sini ya..” Kata Bu Minase dengan sedikit bercanda.
          “Se.. Sensei bicara apa?” Tanyaku sedikit kaget.
          “Kalau masalah jam punya temanmu itu, jam itu sekarang ada di Petugas kebersihan sekolah kita, dia menemukan jam itu terjatuh saat Ryu menaruhnya di tasnya yang berlubang. Karena takut hilang dia menyimpan nya.” Jelas Bu Minase.
          “Ke.. Kenapa ibu tidak bilang pada Ryu dan yang lainnya?! Ibu hampir dicurigai pelakunya Tau! Lagipula kenapa petugas itu tidak memberikannya kepada kepala sekolah biar masalahnya terselesaikan?!” Tanyaku dengan nada kesal.
          dia tidak mendengar kejadian itu karena saat itu dia sedang pulang ke desanya di Aomori dan baru kembali hari ini. Lagipula aku tidak bisa berbicara terlalu banyak.” Jawab Bu Minase dengan nada sedih.
          ‘apa maksudnya?’ pikir Matsumoto, walaupun sudah tahu kebenaran kasus yang terjadi tapi masih ada yang janggal tentang Bu Minase. Tanpa pamit Bu Minase pergi dan menuju ke atas, ‘pundaknya bergetar, itu artinya dia sedih’ pikir Matsumoto.
          Esoknya Matsumoto menceritakan tentang kasus pencurian yang terjadi di kelasnya, akhirnya semuanya kembali tenang, Ryu juga merasa lega karena Jamnya sudah ditemukan kembali.
          “Akhirnya tidak ada pelakunya di kasus ini” Ucap Aru.
          “Iya, tapi aku masih ragu dengan nenek sihir, si Minase itu. Sikapnya masih dingin.” Gerutu Ai.
          “Bener Ai, tapi kamu hebat Matsu, darimana kamu tahu tentang kebenaran kasus ini?” Tanya Aka.
          “Ah, aku hanya dapat ilham di waktu malam haha..” Kata Matsumoto dengan nada bercanda.
          “Memangnya kami percaya jawaban seperti itu?! -_- ” Keluh Ai bercanda.
          Akhirnya mereka semua dapat kembali tenang dan mengobrol seperti biasanya.
          “Eh, tapi akhir – akhir ini, Bu Minase nggak kelihatan..” Keluh Aru.
          “Biarkan saja dia, aku dengar sih katanya dia minta cuti karena sakit.” Jawab Aka.
          “Makanya, jadi orang jangan dingin kayak gitu!” Ai memperingatkan.
          “Eh, aku lupa mengumpulkan essay ku kepada Bu Minase, sebentar ya semua.. aku pergi ke ruang guru sebentar.” Jelas Matsumoto sambil bergegas mengambil Essay miliknya.
          “Tak usah deh, lagipula liburan musim semi kan 2 hari lagi?” Rayu Aka.
          “Kalau begitu, aku nggak bakal dapet nilai dong :p sudah ya semua..” Jawab Matsumoto.
          Matsumoto segera bergegas menaruh essay nya di meja Bu Minase, tapi dia terdengar pembicaraan beberapa guru di kantor. Matsumoto jadi sedikit tertarik mendengarnya. Sepertinya tentang Bu Minase.
          Setelah mendengar percakapan tersebut, Matsumoto tertegun. Seolah – olah jawaban pertanyaan yang janggal tentang Bu Minase di hatinya terjawab sudah. Dia mau menangis, lalu tiba – tiba lari keluar dari ruang guru dan menanyakan rumah Bu Minase kepada petugas kebersihan sekolah. Dia bergegas menuju rumah Bu Minase. Sementara kepala sekolah datang mengunjungi kelas Matsumoto ingin membicarakan hal yang sebenarnya terjadi, yang sudah terdengar oleh Matsumoto lebih dulu saat di ruang guru. Kepala sekolah lalu mulai menjelaskan, sementara Matsumoto sedang dalam perjalanan menuju rumah Bu Minase dengan sedikit menangis.
          “Begini anak – anak, bapak ingin memberitahukan sesuatu tentang Bu Minase...” Jelas kepala sekolah.
          “Matsu kemana ya? Kok ngasih Essay lama banget?’’ Tanya Ai.
          “Dia kan memang sering begitu, lama nya minta ampun, apalagi ke toilet!” Jelas Aka.
          Sementara Matsumoto berlari menuju rumah Bu Minase.
          “Bahwa pagi tadi, Bu Minase meninggal dunia..”. Sambung kepala sekolah.
          Semua murid terkejut dan ingin tahu apa alasannya. Pak kepala sekolah lalu menceritakan semua tentang Bu Minase. Ternyata, yang benar – benar di dengar Matsumoto dan teman – teman yang lainnya membuat hati tertegun.
          “Bu Minase punya penyakit TBC paru – paru, itulah alasannya kenapa Bu Minase banyak tidak diterima sebagai guru di sekolah – sekolah di kota ini, sebab mereka semua takut kalau penyakit itu bisa menular kepada orang lain, saat melamar di sekolah ini, awalnya saya tidak mau menerima nya. Tapi, dia menangis sambil berkata ‘Izinkan aku bekerja di sini, walaupun hidup saya sudah beberapa waktu lagi, tapi saya sudah berjanji kepada ayah saya untuk mengabdi dan menjalankan tugas untuk yang terakhir kalinya’. Karena saya tak tega, akhirnya kami mengizinkan dia menjadi guru di sekolah ini, dia selalu memakai masker agar pada saat mengajar murid – murid tak akan tertular penyakitnya tersebut. Dan dia yang sebenarnya lembut, merubah dirinya menjadi galak dan katanya dinobatkan sebagai guru tergalak karena dia ingin agar murid – murid tidak mendekatinya, dia tak mau murid – murid menderita karenanya.” Jelas kepala sekolah dengan raut muka sedih.
          Mendengar semua itu baik Ai, Aka, Aru, dan murid – murid yang lainnya menjadi menangis dan sedih, mereka segera menghimbau pak kepala sekolah agar segera menuju ke rumah Bu Minase.
          Sementara Matsumoto yang sudah mendengar cerita itu, akhirnya sampai di rumah Bu Minase. Kemudian begitu melihat Bu Minase yang sudah berbaring tenang, dia berteriak sedih
          ‘’Senseiii!!’” teriaknya.
          Sementara itu, beberapa menit, Ai dan yang lain pun tiba di rumah Bu Minase, sambil menangis Ai memeluk Matsumoto yang sudah menangis lebih dulu. Akhirnya Matsumoto teringat akan ucapan Bu Minase “Kalau ibu meninggal nanti, beri tahu bahwa ibu mau dikuburkan di sini ya..”. Dia segera memberitahu hal itu kepada yang lain. Teka – Teki terjawab sudah, keraguan yang ada di hati Matsumoto akhirnya dapat terjawab walau harus dilanda dengan kebencian, kepedihan, dan kesedihan.
          Sudah 3 Bulan berlalu, walaupun liburan musim semi dilandai kesedihan, tapi itu tak membuat murid patah semangat untuk melanjutkan sekolahnya. Matsumoto, Ai, Aka, dan Aru pun seperti biasanya, pulang sekolah sambil membicarakan banyak hal.
          “Akhirnya kembali bersekolah ya..” Kata Aru.
          “Yah, guru nya pun kelihatannya baik dan ramah, jadi semangat belajar nih hehe” Jawab Ai.
          “Lagipula gurunya cantik haha :$ ” Sambung Aka.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnqjSruMKHeVUE2Me120e3bbIb7s9vJRZFRJHdkO4W2vmesbZYhIEuhDMZ3di5HEHJtMsMc1LJVpoflLjOCvYf3DbMKu_94pPHv7aPd8YJQNz8cTzF-3lBqjwW8tbxm80gVC6OMEayHtO/s400/243924a9218b1f2bbf.gif          “Hei, kau lihat dia dari segi mana nya? -,- ” Keluh Ai sedikit bercanda.
          “Sejak kejadian itu..” Matsumoto tak melanjutkan kata – kata nya.
          Semuanya menatap wajah Matsumoto dengan sedikit senyuman kedamaian.
          “Aku tak akan melupakan Bu Minase!” Jawab Matsumoto dengan suara lantang.
          “Kami juga,,” Jawab yang lainnya serentak.
          “Eh, iya.. hari ini aku ada urusan, kalian pulang saja duluan. Aku pergi dulu ya, dah!” Teriak Matsumoto dengan wajah senyuman.
          Matsumoto segera bergegas berlari.
          “Mau kemana dia?” Tanya Aru.
          “Entahlah, jangan – jangan dia lupa mengumpulkan Essay lagi -_- ” Jawab Aka.
          Ternyata Matsumoto pergi ke tempat Bu Minase dimakamkan, dia memberi bunga sebagai tanda sayang nya.
          Tiba – tiba, saat akan kembali ke atas puncak, tanpa sadar Matsumoto menginjak bagian tanah yang licin, sehingga membuat dia terperosot jatuh. Tanpa sadar, sebuah kayu tiba – tiba jatuh dan bergegas Matsumoto pegang agar tak jatuh ke danau. Entah darimana kayu tersebut jatuh. Akhirnya dia bisa bergegas berdiri.
          “fiuhh,, Hampir saja..” Keluhnya.
          “Terima Kasih Bu Minase >:-) ”. Teriaknya.

Terima Kasih Sudah membaca :)

No comments:

Post a Comment